Senin, 23 Juli 2012

Dari Nelson Sampai ke Sampoerna

       Andai saja Presiden John F. Kennedy mau mendengar pemikiran Gaylord Nelson seorang senator AS, agar persoalan lingkungan hidup bisa masuk dalam program nasional pemerintahannya, boleh jadi gelora Hari Bumi (Earth Day) akan terjadi di tahun 1963-an. Tapi, bagi Nelson perjuangan adalah tetap perjuangan hingga pada suatu kesempatan beliau melakukan konferensi pers di Seatle (1969) yang berencana melakukan aksi/kampanye turun jalan pada tahun 1970. Dan benar, pada tanggal 22 April 1970 Nelson membuktikan janjinya dengan aksi turun jalan yang melibatkan hampir 20 juta orang. Sepintas tonggak sejarah tadi setidaknya menjadi contoh permanen bagi setiap manusia yang mempunyai kepentingan atas sumber daya bumi, serta selalu berupaya untuk melindungi bumi dari kepunahan akibat perilaku manusia itu sendiri. Hari Bumi harus menjadi barometer tunggal dalam membangun rasa peduli serta menciptakan suasana diatas bumi  ini dengan penuh tanggung jawab.

            Akhir bulan Maret lalu, kita semua merayakan apa yang dinamakan “Earth Hour”, satu jam demi bumi. Dimana masyarakat bumi selama satu jam diajak untuk mematikan peralatan listrik yang tidak digunakan. Sementara, di akhir bulan April ini, kita kembali melaksanakan even yang ber-banner: Hari Bumi 2011. Hampir saja penulis melupakan momen yang satu ini, jika penulis tidak membaca salah satu slogan yang berbunyi: Sampoerna Friendly to Earth yang terpampang di kawasan PT. HM Sampoerna SKT (Sigaret Kretek Tangan) Plant 2 Surabaya. Sebut saja salah satu iklan ajakan yang penulis rasa cukup dominatif: Mulai dari sendiri, hal kecil, dan mulai saat ini selamatkan bumi kita. Pertanyaan-nya sekarang adalah akan-kah kalimat diatas hanya sebatas pesan tanpa merealisasikan dari makna yang tersirat didalamnya? Kiranya, program Corporate Social Responsibility/CSR Sampoerna tak akan pernah sepi dari ide, gagasan, inovasi, maupun motivasi untuk membuktikan perannya dalam menyelamatkan bumi dari kepunahan.
            Bagi penulis, even Hari Bumi dilaksanakan oleh Sampoerna nantinya merupakan pengalaman yang pertama kali, atau bahkan (mungkin) diantara ribuan orang di dunia yang terlibat. Simbolisasi sikap dan tanggung jawab serta peduli terhadap masyarakat dan lingkungan yang selama ini dilakukan oleh Sampoerna hingga respon terhadap penanggulangan perubahan iklim dunia (Global Warming) terutama melalui usaha: hemat air, hemat listrik, dll begitu nyata dilakukan. Di luar itu, pemanfaatan energi fosil yang bersifat tidak terbarukan senantiasa dieksploitasi secara kontinyu tanpa ada upaya untuk menahan konsumsi sumber minyak yang satu ini. Tidak mengherankan apabila fluktuasi nilai minyak bumi dunia saja berimbas pada stabilisasi perekonomian nasional. Di sektor lingkungan, akibat meningkatnya kebutuhan terhadap minyak bumi telah memberikan efek negatif, terutama dari emisi gas karbon yang dikeluarkan. Harus ada semacam perimbangan antara kebutuhan dengan produksi energi melalui upaya konservasi dan efisiensi energi (UU Energi No. 30 Thn 2007). Akhirnya, penghargaan Wanalestari yang pernah diraih Sampoerna di tahun 2010 lalu tak akan bermakna apa-apa apabila pada detik ini juga kita tidak melakukan perubahan itu sama sekali.
   
(Dimuat di Harian Surya, 28 Maret 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar